Total Tayangan Halaman

Senin, 14 Februari 2011

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)


BANTUAN HIDUP DASAR


BHD  Bagian pengelolaaan darurat medik yang bertujuan :
  1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi melalui pengenalan dan intervensi segera.
  2. memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau nafas melalui RJP.

Tujuan Utama RJP

Memberikan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya, sampai datangnya suatu pengorbanan medik yang definitive dan tepat.

Indikasi BHD

  1. Henti nafas
  2. Henti jantung

Fase penilaian sangat penting pada BHD, tidak seorang korbanpun/ pasien dapat dikenakan prosedur-prosedur RJP ( Seperti : memperbaiki posisi, membuka jalan nafas, dan kompresi jantung luar ).
Setiap ABC dari RJP ( A = jalan nafas, B = Pernafasan, C = Sirkulasi ) selalu di mulai dengan fase penilaian secara berurut : memastikan tidak sadar, memastikan tidak bernafas, memastikan nadi tidak berdenyut.

A = Airway ( Jalan Nafas )
  1. Penilaian pasien tidak sadar  dengan cara memanggil Bu/Pak, Mas/Mbak !!!.
  2. Panggil untuk pertolongan
Bila korban tidak memberikan respon terhadap usaha membangunkan panggilan pertolongan dan aktifkan system emergensi.
  1. Posisi korban
Untuk melakukan RJP yang efektif, korban harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras.
  1. Posisi penolong  berlutut sejajar dengan bahu korban / pasien.
  2. Buka jalan nafas
Aksi yang paling penting dari resusitasi yang berhasil adalah membuka jalan nafas segera. Jika tonus otot-otot menghilang, maka lidah atau epiglottis akan menyumbat faring dan laring, lidah merupakan penyebab paling sering dari sumbatan jalan nafas pada korban / pasien yang tidak sadar. Hati hati pada pasien fraktur servix.
·         Cross finger
·         Triple Manouver Air Way
a.    Tengadah kepala.
b.    Topang dagu.
c.    Dorong mandibula.

B = Breathing ( Pernafasan )
  1. Penilaian pastikan tidak nafas
Untuk menilai apakah ada nafas spontan atau tidak, penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut, hidung korban/pasien, sambil terus jaga airway. Penolong harus:
    1. Lihat gerakan dada
    2. Dengar keluar udara waktu ekspirasi.
    3. Rasakan adanya aliran udara.
Untuk mendeteksi pasien bernafas / tidak
dilakukan < 10 detik.                                    
  1. Melakukan pertolongan pernafasan
    1. Mulut ke mulut
    2. Mulut ke hidung
    3. Mulut ke stoma
Untuk memberikan nafas buatan.
·    Ventilasi awal 2 x dengan waktu 1,5 – 2 detik ( 700 – 1000 ml/menit ,10 ml/kg ) yang akan memberikan konsentrasi O2 16 – 17 %.
·       Pada RJP 2 penolong harus terdapat masa istirahat untuk melakukan ventilasi sesudah kompresi luar yang kelima.

C = Circulation ( Sirkulasi )
  1. Penilaian ada denyut nadi / tidak
Henti jantung ditandai dengan tidak adanya denyut nadi pada arteri besar       ( arteri carotis ) dengan waktu 5 – 10 detik.

  1. Kompresi dada luar.
Bila nadi carotis tidak teraba dalam waktu 5 – 10 detik lakukan kompresi dada luar.
Letak kompresi dada luar yang baik adalah:
·         Telapak tangan penolong diletakan di atas 2 – 3 jari sternum pasien.
·         Siku siku dipertahankan pada posisi lengan diluruskan dan bahu penolong berada pada posisi langsung diatas tangan sehingga setiap penekanan kompresi dada luar di lakukan lurus kebawah pada sternum. Bila penekanan tidak lurus ke bawah maka kompresi menjadi kurang.
·         Kedalaman kompresi 3,8 – 5 cm pada orang dewasa normal.
·         Tekanan kompresi dada luar di lepaskan agar dapat mengalir ke dalam jantung, tekanan harus dilepaskan seluruhnya dan dada dibiarkan kembali ke posisi normal sesudah setiap kompresi. Waktu yang dipergunakan untuk pelepasan harus sama dengan waktu yang digunakan untuk kompresi.
·         Tangan tidak boleh di angkat dari dada, atau dirubah posisi. Pertolongan pernafasan dan posisi dada luar harus dikombinasikan agar resusitasi efektif.
       

Perbandingan kompresi dan ventilasi.
1 (satu) penolong dan 2 (dua) penolong  sama 15 : 2
Kecuali kalau sudah terpasang intubasi Kompresi 100 X / menit
Ventilasi 12 X/menit 

Menurut ACLS AHA 2005,
Perbandingan Kompresi Ventilasi sebelum terintubasi 30 : 2
Kecuali kalau sudah terpasang intubasi Kompresi 100 X / menit 
Ventilasi 12 X/menit


Setelah pasien tertolong dan mengalami pernbaikan, tempatkan pasien pada posisi mantap.


PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS

Untuk menjamin oksigenasi paru paru yang baik, pada proses pernafasan, harus terdapat suatu jalan nafas yang baik.

Tujuan Penatalaksanaan Jalan Nafas

a.  Memastikan jalan nafas bebas
b.  Memberikan bantuan oksigen
c.   Memberkan tekanan positif ventilasi

a.    Memastikan Jalan Nafas Bebas
·         Mengenali adanya sumbatan jalan nafas
·         Membebaskan jalan nafas
     tanpa alat : tengadah kepala/topang dagu, mendorong mandibula ke depan dan ke atas triple Airway Manuver
    Dengan alat :       
       Memasang oropharyngeal air way, raso pharyngeal airway
       Suctioning.
b.    Apabila ventilasi spontan sudah ada dan jalan nafas bebas dapat diberikan tambahan oksigen
c.    Apabila pernafasan tidak adekwat/tidak adadiberikan Tekanan Positif ventilasi.
Tehnik meliputi :
-   Pernafasan dari mulut ke mulut
-   Pernafasan dari mulut ke sungkup
-   Pernafasan dari mulut ke sungkup + bagging

  Pernafasan dari mulut ke mulut:
-   Oksigen yang diberikan penolong hanya 16-17%
-   Tek.oksigen alveolar tidak lebih dari 80 mmHg.
-   (Tek. Tersebut tidak mencukupi untuk terjadinya difusi  Desaturasi)
-   Kompressi:
Korban Kardiac Arrest yang diRessssusitasi hanya menghasilkan CO 25 – 30% dari Normal. v/q abnormal. Oleh karena itu penolong harus menambah oksigen dengan Fio2 : 100%.
Perubahan yang besar pada tekanan O2 akan menghasilkan perubahan pada saturasi Hb.

Pernafasan Normal

1.     Teratur
2.    Frekuensi pada orang dewasa : 10- 20 kali/menit
                              Bayi & anak   : sesuai umur
3.    Gerakan rongga dada dan abdomen sinkron serta cukup dalam.
Pada “bayi dan anak” pernafasan “abdominal” lebih dominan sedangkan pada “orang dewasa”pernafasan “thorakal” lebih dominan.
4.    Pernafasan tidak disertai bunyi-bunyi tambahan
5.    Otot-otot pembantu pernafasan tidak ikut serta tidak ada refraksi sela iga, supraklaukula maupun grakan cuping hidung.
Keadaan Kardiovaskuler dalam batas-batas normal

GANGGUAN JALAN NAFAS


1.  Gawat nafas (Respiratory Distress).
Gambaran klinis :
·         Frekuensi yang cepat/pada orang dewasa > 32 X/menit
·         Terdapat refraksi sela iga dan supraklavikula serta gerakan cuping hidung
·         Nadi yang cepat pada oang dewasa dan nadi yang lambat pada bayi dan anak
·         Gelisah dan disorientasi
·         Berkeringat
·         Sianosis perifer

2.    Gagal Nafas (Resfiratory Failure)
merupakan gabungan dari gambaran klinik gawat nafas dan hasil analisa gas darah:
·         Pa O2  <  60 mmHg (dengan udara luar)
·         PaCo2 >  50 mmHg (dengan udara luar)
·         PH   <   7,35

OBSTRUKSI JALAN NAFAS


Sering terjadi pada jalan nafas bagian atas.(Hypofarings)
Penyebab:
1.     Otot-otot lidah dan leher yang lemas,tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings
2.    Benda asing ; cairan, darah, sekret, benda padat.
3.    Caryngospasme : oksigen rangsangan jalan nafas bagian atas pada pasien yang menurun kesadarannya.

Tanda-Tanda Obstruksi Jalan Nafas

1.   Obstruksi Partial :
·         Terdapat bunyi tambahan/berisik pada pernafasan
·         Bunyi dengkur (snoring): disebebkan oleh dasar lidah yang jatuh ke belakang
·         Bunyi lengking  (“crowing”) disebabkan oleh laryngospasme.
·         Bunyi kumur (“garling”) disebabkan oleh benda asing, seperti cairan, darah, sekret.
·         Bunyi bengek (“wheezing”) disebabkan oleh sumbatan bronkhus.

Tindakan
·         Bila terdapat  bunyi dengkur “snoring”
-   Ekstensi kepala, bila perlu bahu diganjal, jika perlu ditambah dengan pemasangan Guedel
-   Jika belum berhasil maka seluruh rahang didorong ke depan triple Airway manuver.
·         Bila terdapat bunyi kumur “Gargling”
-    Miringkan kepala, buka mulut dan lakukan pembersihan rongga mulut, hypofarings.
·         Bila terdapat bunyi bengek “wheezing”
-    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkhodilator seperti Aminofilin dan lain sebagainya.
2.      Obstruksi Total :
Tentukan penyebabnya, obstruksi total biasanya oleh sumbatan benda asing padat.
Tindakan :
- Bila pasien masih sadar
    Bayi dan anak:
Telungkupkan dengan letak kepala lebih rendah dan lakukan pemukulan pada punggung diantara kedua skapula.
    Orang dewasa
-   Pukul pada punggung  diantara kedua skapula atau menghentakan kedua tangan penolong kearah atas daerah perut (Heimlich manuver)
-   Jangan lakukan hentakan pada bayi/anak atau wanita hamil.
-   Jika tindakan tersebut tidak menolong pertimbangan untuk dilakukan krikotirotomi.
    Pasien tidak sadar
-   Pasien diletakkan menghadap penolong.Pukulan tetap pada punggung diantara kedua skapula.
-   Hentakan Abdomen :
Pasien diterlentangkan dengan kedua  telapak tangan melakukan hentakan abdomen.
KEGAGALAN PERNAFASAN AKUT
\     Definisi :
kegagalan pernafasan akut, adalah ketidakmampuan paru untuk mempertahankan oksigenasi darah.Dengan kata lain sistem paru tdak mampu untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Tanda-tanda:
-   PaO2  <  60 mm Hg
-   PaCo2 > 60 mm Hg
-   pH   <  7,35
Penyebab Utama
1.  Gangguan Ventilasi :
a.    Obstruksi Akut misalnya disebabkan oleh o/k fleksi leher pada pasien tidak sadar, spasme larink atau odema larink.
b.   Obstruksi Kronis misalnya : emphysema, bronkhitis kronis, asma dsb.
c.    Penurunan “compliance” paru/thorak, misalnya:Edema paru atelektasis, pneumonia, pasca operasi thorax/abdomen sakit dada dsb.
d.    Gangguan Neuromusculer misalnya : “Guillain Barre Syndrome”, cedera spinal, keracunan obat dll.
e.    Gangguan /depresi pusat nafas misalnya pada penggunaan obat narkotik/barbiturat/Tranguiliser, obat anesthesi trauma/infark otak, Hypoksia berat susunan syaraf pusat dsb.
2.  Gangguan difusi alveoli-kapiler, misalnya odema paru.
3.  Gangguan keseimbangan ventilasi-perfusi (v/Q mismatch)
a.    Peninggian “dead space” (ruang rugi) misalnya pada tromboemboli, empfisema, Bronchiektasis, dsb.
b.   Peninggian “infra alveolar shunting” misalnya pada alektasis, ARDS, odema paru dsb.
Gejala Klinis
-    Duisorientassi, bingung, gelisah, apatis, kesadaran
-    Takhipneu     RR 
-    Pernafasan pendek dan dangkal  dyspnoe
-    Takhikardia, vasokonstriksi, tekanan darah meningkat
-    Keringat dingin
-    Aritmia

Diagnosa
A. Riwayat
-   Adanya faktor pencetus
-   Adanya manifestasi klinis
B. Laboratorium
Analisa gas darah PaO2 , PaO2  / N, asidosis bicnat yang meningkat, atau normal
C. Radiologi
Sesuai dengan gangguan / gangguan primer

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan meliputi :
1.  Pengkajian :
-   Perhatikan keadaan dan kecenderungannya untuk terjadinya kegagalan pernafasan
-   Perhatikan tanda-tanda dini dari pasien yang mengalami kegagalan pernafasan akut :
Misalnya : tanda hypoksemia yang disertai atau tanpa disertai tanda hiperkarbia.
2.Perencanaan
Tergantung dari penyebab spesifik dari kegagalan :
a.    Memperbaiki ventilasi dan v/Q missmatch
b.    Memperbaikio oksigenasi, menurunkan “ intra pulmonary Shunting”
c.    Pemantauan gas darah dan Ph.
d.    Mencegah komplikasi
e  Mengurangi “work of breating”

3. Implementasi
a.     Memperbaiki posisi; hati-hati terhadap pemberian obat
b.    Pemberian oksigen
c.     Pembersihan jalan nafas/higiene bronkial
d.    Infubasi endotrakheal/trakheostomi diikuti ventilasi mekanik.
e.    Pemantauan hemodinamik dan analisa gas darah serial
f.     Kolaborasi untuk pemberian obat-obat bronkhodiator
g.    Memberikan hidrasi yang cukup dan mempertahankan baans cairan yang seimbang

Pemantauan Pada Pasien Dengan Kegagalan Nafas Akut

1.   Keadaan Klinis
Perlu pemeriksaan fisik yang sering untuk menentukan perubahan klinis yang dapat mendeteksi adanya penimbunan sekresi, kolaps, konsolidasi dan komplikasi lain.

2.   Analisa Pertukaran Gas
         Analisa gas darah     PaO2  >  60-80 mmHg
                                        PaCO2    35-45 mmHg.
         FiO2 diatur untuk mencegah toksisitas O2
         (A-a)DO2 normal.

3.    Analisis Keseimbangan Asam-Basa
Gangguan keseimbangan asam basa umumnya terjadi pada gagal nafas akut bila dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi berat :
         Asidosis yang disebabkan hipoksemia dapat menyebabkan vasokontriksi paru, aritmia juga menurunkan respon terhadap bronkhodailator.
         Alkalosis berhubungan dengan penurunan curah jantung aritmia, kejang dan “cerebral iritability”

4.  Keseimbangan cairan dan Elektrolit

5.  Fungsi Ventilator antara lain dengan mengontrol
          Tidal volume
          Tekanan jalan nafas
          Temperatur dan humidifikasi
          “compliance” dan resistensi

6.   Parameter Hemodinamik antara lain :
         Curah jantung
         Saturasi O2
         Tekanan vena sentral


PENGISAPAN SEKRET ORO / NASOFARINGS & PARU

A.     TUJUAN

a.    Mempertahankan jalan nafas yang bebas
b.    Untuk membersihkan sekret pada pasien-pasien yang tidak mampu batuk

B.      KETERANGAN UMUM

1.     Sekret yang mengganggu jalan nafas harus segera dikeluarkan oleh karena dapat menyebabkan gawat nafas atau gagal nafas.
2.    Pengisapan menggunakan teknik Aseptik, Atraumatik dan Afektif  (3A) dengan alat-alat steril.
3.    Pengisapan harus dilakukan dengan prosedur yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi, luka, spasme, serta perdarahan pada jalan nafas.
4.    Lama pengisapan sekret tidak boleh lebih dari :
Ø  5 – 10 detik untuk bayi dan anak kecil
Ø  10 – 15 detik untuk orang dewasa
5.    Botol  pengisap harus diisi dengan cairan antiseptik (mis : lisol 1 : 40) kira-kira ¼ bag dari volume botol dan dicatat serta diganti tiap hari.
6.    Kateter pengisap harus lembut dengan ujung lurus dan cukup panjang untuk sampai ke dalam trakhea.
7.    Diameter kateter penghisap kira-kira 1/3  dari besar lumen pipa  endotrakhea, perbandingannya sebagai berikut :

Ukuran Pipa Endotrakhea

Ukuran Kateter Penghisap

2,5  mm
3     mm
3,5 – 5,5  mm
6,0 – 6,5  mm
7,0 – 7,5  mm
8,0 – 8,5  mm
9  mm
  5  FG
  6  FG
  8  FG
10  FG
12  FG
14  FG
16  FG

C.      TEKANAN PENGHISAP


Besarnya tekanan penghisap diatur sebagai berikut :
Ø  Pada bayi               :         60 – 100 mmHg
Ø  Pada anak               :       100 – 120 mmHg
Ø  Pada orang dewasa  :       120 – 200 mmHg

Frekuensi Pengisapan

Dilakukan setiap 2 jam dan atau setiap kali setelah selesai melakukan fisioterapi dada.
Catat dan perhatikan :
1.     Waktu penghisapan lendir dilakukan
2.    Keadaan sekret : banyaknya, warna, bau dan konsistensi.
3.    Hal-hal yang terjadi selama penghisapan lendir.
4.    Posisi pasien :
Ø  Miring kiri
Ø  Miring kanan
Ø  Terlentang
Ø  Setengah duduk

Komplikasi Yang Dapat Terjadi Selama Penghisapan Sekret

1.     Hypoksia
2.    Aritmia
3.    Bradikardia
4.    Trauma mukosa jalan nafas
5.    Tekanan negatif berlebihan
6.    Infeksi
7.    Atelektasis
MEMBERIKAN BANTUAN OKSIGEN

Pengertian

Memberikan aliran gas lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi O2 meningkat dalam darah.

Tujuan

  1. Mempertahankan O2 jaringan yang adequate
  2. Menurunkan kerja nafas
  3. Menurunkan kerja jantung

Indikasi

·         Penurunan PaO2 dengan tanda dan gejala hipoxemia
·         Keadaan lain seperti : gagal nafas akut, syok, keracunan CO.

Pemberian O2 selalu tepat untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut dengan ketentuan sebagai berikut :
  1. Tanpa gangguan nafas oksigen diberikan 2 liter/menit melalui binasal canule.
  2. Dengan gangguan nafas sedang oksigen diberikan 5 – 6 liter/menit melalui binasal canule.
  3. Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung, gunakan system yang dapat memberikan oksigen 100 %.
  4. Pada pasien dimana rangsangan nafas tergantung pada keadaan hipoksia ( mis. Asma ) Berikan oksigen kurang dari 50 % dan awasi ketat.
  5. Atur kadar oksigen berdasarkan kadar gas darah ( PaO2 ) atau saturasi ( SaO2 )
  6. Dalam keadaan darurat gunakan alat Bantu nafas yang lebih canggih ( mis. Bagging ), lakukan intubasi dan berikan O2 100 %.

Metoda Pemberian Oksigen

Secara garis besar di bagi menjadi 2 bagian :
  1. SISTEM ALIRAN RENDAH
·         Low Flow Low Concentrasi
·         Low Flow High Concentrasi

  1. SISTEM ALIRAN TINGGI
    • High Flow Low Concentrasi
    • High Flow High Concentrasi

  1. SISTEM ALIRAN RENDAH
a.  Low Flow Low Concentrasi
Cateter nasal :      Memberikan O2 dengan aliran 1 – 3 liter
                             Konsentrasi 20 – 32 %
Keuntungan :
Memberikan O2 stabil, pasien bebas untuk bergerak, makan dan bicara.

Kerugian :
·         Tidak dapat memberikan O2 lebih dari 3 liter.
·         Dapat terjadi distensi lambung dan iritasi selaput lendir nasopharing.
·         Pada aliran yang tinggi terdapat suara dari aliran O2 pada oropharing.

Binasal Canule :     memberikan O2 dengan aliran 1 – 6 l/menit.
                             Konsentrasi 24 – 44 %.
O2 akan naik 4 % pada tiap kenaikan 1 l/menit.

Keuntungan :
·         Memberikan O2 stabil dengan TV dan laju nafas yang teratur.
·         Baik diberikan dalam jangka waktu yang lama.

Kerugian :
·         Menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat tali binasal.
·         FiO2 akan berkurang bila pasien bernafas dengan mulut.

b.  Low Flow High Concentrasi
Sungkup muka sederhana :       Aliran yang diberikan 5 – 8 l/menit
                                                Konsentrasi O2 40- 60 %
Merupakan system aliran rendah dengan hidung, nasopharing dan oropharing sebagai penyimpan anatomic.

Sungkup muka dengan kantong “ Rebreathing” :
Aliran yang diberikan 8 – 12 l/menit, Konsentrasi O2 60- 80 %

Sungkup muka dengan kantong “Non Rebreathing” :
Aliran yang diberikan 8 – 12 l/menit, Konsentrasi O2  80 - 100 %.

Secara umum pemakaian sungkup mempunyai :
Keuntungan :
·         O2 yang di dapat lebih tinggi dari pada dengan nasal canule.
·         Tidak dipengaruhi oleh udara luar.

Kerugian :
·         Mengikat ( sungkup harus melekat pada muka/pipi untuk mencegah kebocoran ) sehingga dapat menyebabkan iritasi sekitar sungkup.
·         Lembab.
·         Tidak dapat makan, minum, batuk dan bicara.
·         Terjadi penumpukan CO2 apabila flow kurang dari 5 l/menit.
·         Pada anak sering terjadi clostropobic.

  1. SISTEM ALIRAN TINGGI
a.  High Flow Low Concentrasi

Sungkup Venturi

Memberikan aliran yang bervariasi dengan konsentrasi oksigen 24 – 50 %

Indikasi

Pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur


b.  High Flow High Concentrasi

Head Box

Hanya untuk infant kurang dari 5 Kg

Sungkup CPAP ( Continous Positive Airway Pressure )
Aliran yang diberikan 2 – 10 l/menit dengan konsentrasi 21 – 100 %.
Harus dipasang NGT karena akan terjadi penelan udara.

Parameter

 AGD
 Oksimetri
 Saturasi Oksigen vena campur ( Mixed Venous dari PA )



INTUBASI ENDOTRAKHEAL

Indikasi

  1. Henti jantung.
  2. Pasien sadar tapi ventilasi tidak adequate ( edema paru, Syndrom Guillan bare, sumbatan jalan nafas ).
  3. Psien tidak dapat mempertahankan jalan nafas yang adequat ( koma).
  4. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adequate dengan cara konvensional.

Keuntungan

  1. Terpeliharanya jalan nafas.
  2. Mencegah distensi lambung.
  3. Mencegah aspirasi isi lambung.
  4. Memberikan O2 dengan konsentrasi tinggi.
  5. Dapat memberikan beberapa obat resusitasi  ( 2 – 5 X lebih besar dari dosis lewat IV )
  6. Dapat memberikan ventilasi yang adequate.
  7. Mempermudah penghisapan lendir di trachea.

Persiapan alat :
  1. Laringoscope, lengkap dengan handle dan bladenya.
  2. Pipa endotrakheal ( ETT ) dengan ukuran :
    • Perempuan : No. 7,0 , No 7,5, No 8,0
    • Laki – laki : No 8,0, No 8,5
    • Keadaan emergensi : No 7,5
  3. Stilet ( mandrain )
  4. Forsep margil
  5. jeli
  6. spuit 20 cc atau 10 cc
  7. stetoscope
  8. Bantal
  9. Plester dan gunting.
  10. Alat penghisap lendir ( Suction apparatus ).

SISTEMATIKA INTUBASI


CPR dan persiapan alat





Posisi intubasi ( max 10 ), ganjal oksiput, ekstensi.
Lakukan penghisapan lendir pad mulut dan faring bila perlu





CPR dan tekan krikoid ( akhiri dengan hiperventilasi O2 100 % selama 30 “)
Sellick maneuver





Laringoscope dan intubasi, max 30 “
Kedalaman ETT ( mm) x 3
Tidak berhasil                                               Berhasil





Inflasi 1 x dan auskultasi epigastrium
Cabut                                      (+) Distensi dan gurgling
      (-)

Kembangkan balon dan inflasi, auskultasi hemithorax ( apek dan basal )




Kebocoran (-)





Friksasi, pasang mayo dan CPR lanjutkan


Ventilasi 10 – 12 x/menit, dada terangkat.
Komplikasi
  • ETT masuk ke dalam oeseopagus, yang menyebabkan hipoksia.
  • Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringocope dengan gigi.
  • Gigi patah.
  • Laserasi pada faring dan trachea akibat stilet ( mandrain ) dan ujung ETT.
  • Kerusakan pita suara.
  • Perforasi pada faring dan oesoefagus.
  • Muntah dan aspirasi.
  • Pelepasan adrenalin dan noradrenalin akibat rangsangan intubasi sehingga terjadi hipertensi, takhikardia, dan aritmia.


ANALISA GAS DARAH


·    PENGERTIAN
A G D                    Adalah pemeriksaan darah dari arteri yang mencakup : PO2, PCO2, HCO3, BE, PH & Saturasi O2

·    TUJUAN
a)     Menilai ventilasi .......................................... CO2
b)     Menilai konsumsi oksigen ........................    O2
c)  Menilai keseimbangan asam basa ...........   pH

·    LATAR BELAKANG
Keasaman atau kebasaan suatu cairan tergantung ion hidrogen (H+) di dalamnya

H+                  pH            Larutan Asam
     Plasma      +        Basa            H+     pH 

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa manusia mengganti basa kuat & asam kuat dengan basa & asam lemah

*      Asam  Suatu cairan bila mampu melepaskan     
                  atau menyumbang H+
*      Basa  Suatu cairan bila sanggup menerima
                   ion H+


NILAI-NILAI NORMAL AGD

·   PO2   =     95 - 100 mmHg
Tekanan yang digunakan sejumlah oksigen dalam plasma
·   PCO2  =   35 - 45 mmHg
Tekanan yang digunakan sejumlah CO2 dalam plasma
·   HCO3 = 21 - 28 mmHg
Ion Bikarbonat
·   pH  =  7,35 - 7,45
Status asam - basa
·   BE = -3 s/d +3 mq / l atau -2,5 s/d  +2,5 mq / l
   basa kuat atau asam kuat pada setiap liter darah yang berakibat gangguan metabolik
·   S2O2 = 94 - 100%
Ratio O2 dalam darah terhadap jumlah maksimum O2 yang dapat dibawa oleh darah


ACIDOSIS & ALKALOSIS

1.   PH darah  <  7,35                      Acidosis
PH darah  >  7,45                     Alkalosis

2.  PO2  < 80 mmHg                        Hypoxemia
PO2  >  100 mmHg                    Hyperoxemia

3.  PCO2  <  35 mmHg                       Hypocapnia
PCO2  >  45 mmHg                    Hypercapnia


PH  PCO3                     Acidosis Respiratorik
PH  PCO3                     Alkalosis Respiratorik
PH  HCO3                    Acidosis Metabolik
PH  HCO3                    Alkalosis Metabolik


* PERSIAPAN ALAT
1.   Prezapack (spuit khusus yang telah diberi Heparin) + Nedle No. 23 atau spuit biasa 3 cc + 0,1 cc Haparin
2.  Gabus / karet untuk penutup jarum
3.  Kapas alkohol 70%, Bethadine 10%
4.  Plester, gunting
5.  Es batu dalam kantong plastik
6.  Formulir pemeriksaan

* INDIKASI UNTUK PEMERIKSAAN AGD

·     Pada pasien dengan gangguan respirasi, untuk therapi oksigen
      Mis : RR > 35 kali/menit, sesak, Cyanosis
·       Pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanis, dilakukan 30’ setelah pemasangan & setiap 30’ setiap seteelah perubahan setting ventilator. Atau 1x sehari & atau instruksi dokter, hal ini dilakukan untuk koreksi O2 & CO2

* KONTRA INDIKASI
Sampai saat ini belum diketahui adanya kontra indikasi pengambilan darah untuk AGD

* BAHAYA / KOMPLIKASI
-   Terjadinya haematoma pada bekas tusukan
-   Terjadinya emboli udara

 

SETING OBAT-OBATAN DENGAN PUMP

Infus Pump & Syiringe Pump



DOPAMIN


1 amp. Dopamin = 200 mg       200.000 g biasa dilarutkan dengan Martos, D.5%, NaCl 0,9% dan lain-lain.



200.000    =  400
    500
 


Jika pelarut (D.5%) 500 cc maka 





200.000    =  4000 (syiringe)
   50
 


Bila pelarut (D.5%) 50 cc maka  





200.000    =  2000
   100
 


Bila pelarut (D.5%) 100 cc maka 


RUMUS

 


DOBUTAMIN



1 vial Dobutamin = 250 mg          250.000 g



250.000    =  500
   500
 


Bila pelarut (D.5%)  500 cc  maka  





250.000    =  5000  (S.P)
    50
 


Bila pelarut (D.5%) 50 cc maka  





250.000    =  2500
   100
 


Bila pelarut (D.5%) 100 cc maka  


 

STREPTASE


Obat streptase diberikan pada pasien AMI yang tidak lebih dari 6 jam dari serangan pertama kali.

1 vial streptase berisi 1.500.000 streptokinase, pemberian obat trombolitik ini di drip dengan pelarut NaCl 0,9% sebanyak 100 cc habis dalam 1 jam.

Sebelum pemberian obat ini pasien diperiksa Base Line Bleeding Time (BT) x Cloting Time (CT).


KOREKSI BICNAT



1/3 X BB x Basic HCO3-  (N-H)
Pada Hasil AGD
 



N     :    Normal  HCO3-            (21-28)
H     :   Hasil      AGD   HCO3-


KALIUM


1/3       x      BB    x     (4,5 – H)
1/6       x      BB    x     (4,5 – H)


Catatan :

Untuk Bicnat cara pemberiannya ½ dibolus
½ didrip untuk 23 jam (berdasarkan advis dokter)
dan pemberian drip jangan disatukan dengan infus lain.

1 komentar: