Total Tayangan Halaman

Senin, 14 Februari 2011

PENATALAKSANAAN PASIEN KRITIS

 

PENATALAKSANAAN PASIEN KRITIS

Add caption
Tujuan :

Ø  Memahami pentingnya identifikasi dini kegawatan pada pasien-pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa.
Ø  Mengenal tanda-tanda awal kegawatan pada pasien-pasien kritis.
Ø  Mampu memberikan penatalaksanaan dini pada pasien-pasien kritis

PASIEN TIBA-TIBA APNEU ?
PASIEN TIBA-TIBA TIDAK SADAR ?

Ø  Penelitian membuktikan bahwa penurunan fungsi-fungsi fisiologis berlangsung berjam-jam.
Ø  Kemampuan melakukan identifikasi dini tanda-tanda kegawatan sangat diperlukan.
Ø  Tindakan-tindakan sederhana pada tahap awal sangat menolong dan dapat mencegah jatuhnya pasien ke fase yang lebih lanjut dan fatal.

MENGENALI PASIEN BERISIKO MENGALAMI KEGAWATAN

Ø  Mengenali tanda-tanda kegawatan pada keadaan yang sudah kritis tidak susah, tetapi dalam tahap awal tentu akan lebih sulit untuk dilakukan.
Ø  Beberapa penyulit : usia tua, immunocompromised , debil, penyakit.

Menentukan Derajat Kegawatan

Ø  Umumnya penyakit-penyakit dalam fase yang akut menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diperkirakan.
Ø  Langkah yang penting untuk dilakukan adalah mengenal tanda-tanda perubahan tersebut sehingga kita dapat memantau perubahan fisiologi yang terjadi dan menentukan derajat kegawatan dan dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat.
§  Gejala-gejala yang umum kita kenal :
Penurunan kesadaran, gelisah, sesak nafas, berkeringat, pucat, akral dingin, muntah, pingsan, nyeri local
§  Gejala-gejala diatas harus menumbuhkan kecurigaan dan mengarahkan kita untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut thd tanda-tanda vital : Nadi, TD, RR, Suhu, Oksigenasi dan out put urin.
§  Pada tahap ini penatalaksanaan ditujukan untuk menyadari tentang adanya permasalahan dan menjaga stabilisasi fungsi-fungsi fisiologis.

Menegakkan Diagnosa

Ø  Diagnosa yang akurat tidak menjadi tuntutan pada keadaan kegawatan.
Ø  Penegakkan diagnosa dilakukan ketika pasien sudah dalam keadaan stabil.
Ø  Langkah ini disebut secondary survey, untuk menjawab penyebab dari kegawatan yang dialami oleh pasien.

FASE I , PRIMARY SURVEY

Ø  Anamnesa
§  Tentukan setting pasien :
                  Keluhan utama, Trauma, Post op
§  Perhatian lebih tinggi pada :
-          Pasien baru
-          Tua
-          Penyakit kronik berat
-          Abnormalitas fisiologis
-          Post op besar, tu kasus emg
-          Perdarahan hebat
-          Penurunan kondisi yang cepat atau sedikitnya perbaikan 

Ø  Pemeriksaan Fisik
§  LLF (Look, Listen & FeeL)
-          Airway
-          Breathing & Oxygenation
-          Circulation
-          Penurunan kesadaran
§  Tachypneu adalah satu indikator penting pada kegawatan.
§  Perubahan  cardiovascular yang paling sering terjadi adalah hipotensi, yang disebabkan oleh hipovolemi atau sepsis atau keduanya.
§  GCS harus dicatat untuk mengukur tingkat kesadaran pasien.

AIRWAY

  • Penyebab obstruksi :
Darah, muntah, benda asing, Penurunan kesadaran,Trauma langsung, Infeksi, Inflamasi dan laryngospasme.
  • Look : cyanosis, perubahan pola respirasi dan rate, penggunaan otot pernafasan,  penurunan kesadaran.
  • Listen : Suara pernafasan yang berisik (grunting, stridor, wheezing, gurgling), obstruksi total tidak menimbulkan suara.
  • Feel : Penurunan atau tidak terdapatnya hembusan nafas

BREATHING

  • Penyebab :
-          Depresi SSP
-          Kelumpuhan otot, kerusakan MS, Nyeri pada dinding dada.
-          Gangguan pada Paru-paru : Pneumo/Haemothorax, Asthma, COPD, Emboli, contusio paru, edema paru, ARDS
  • Look : cyanosis, perubahan RR dan polanya, berkeringat, Peningkatan JVP, penggunaan otot pernafasan, penurunan kesadaran, penurunan saturasi O2
  • Listen : Dispneu, kemampuan bicara, nafas yang berisik, perkusi dan auskultasi
  • Feel : Gerak dan bentuk dada yang asimetris, posisi trachea, distensi abdomen.

CIRCULATION

  • Penyebab :
- Primer : Iskemia, Gangguan konduksi, gangguan katup, cardiomyopathy
- Sekunder : Obat-obatan, Hypoksia, Perubahan elektrolit, Sepsis
  • Look : Penurunan perfusi perifer (pucat, dingin), perdarahan, penurunan kesadaran, dispneu, penurunan out put urin
  • Listen : Perubahan bunyi jantung, Carotid Bruit
  • Feel : Perubahan pulsasi jantung prekordial, nadi perifer atau sentral, rate, kualitas, regularitas dan simetrisitas.

OBSERVASI DAN DOKUMENTASI

  • Perubahan-perubahan fisiologi pada pasien kritis harus selalu di dokumentasikan dengan baik.
  • Keberhasilan dalam monitoring pasien tergantung pada kemampuan untuk “membaca” data-data tersebut.
  • Pencatatan yang baik, akurat dan sering sangat penting dalam penatalaksanaan pasien kritis

Pemeriksaan Penunjang


  • Pada primary survey pemeriksaan yang penting adalah AGD dan GDS.
  • Asidosis Metabolik adalah indikator yang penting pada keadaan yang kritis.
  • Pemeriksaan selanjutnya tergantung differensial diagnosa yang akan ditegakkan. Dapat berupa Laboratorium Darah, EKG, Radiologi, Mikrobiologi, USG dll.

Treatment


  • Segera dilakukan begitu menemukan kelainan-kelainan fisiologis
  • Oksigen
  • IVFD
  • Persiapan Resusitasi
  • Segera hubungi orang yang lebih berpengalaman

FASE II SECONDARY SURVEY


  • Pada fase ini, terutama untuk menentukan penyebab utama kegawatan dan dilakukan setelah keadaan pasien stabil.
  • Anamnesa, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lebih teliti.
  • Penatalaksanaan lebih spesifik termasuk di dalamnya :
- Penggunaan alat-alat bantu seperti ventilator, hemodialisa dll.
- Menentukan jenis perawatan yang tepat mis; ICCU, IMCU, Isolasi dll.
- Konsul ke spesialis yang tepat.


Beberapa catatan penting


  • Identifikasi dini pada pasien-pasien yang berisiko sangatlah penting untuk mencegah jatuh dalam kondisi kegawatan.
  • Gambaran gejala pada pasien kritis seringkali tidak spesifik. Tachypneu adalah satu gejala yang penting untuk segera dilanjutkan dengan monitoring dan pemeriksaan yang lebih lanjut.
  • Setelah resusitasi atau keadaan sudah stabil perlu dilanjutkan dengan penegakkan diagnosa dan penatalaksanaan pasien berdasarkan penyebab kegawatan tersebut.
  • Anamnesa yang teliti sangat perlu untuk menegakkan diagnosa.
  • Monitoring terhadap respon klinis maupun laboratoris pasien terhadap penatalaksanaan yang telah kita lakukan sangat penting untuk kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar