RADANG PARU _PARU
Dedy Syarif
Radang Paru-paru (Pneumonia) Radang paru-paru adalah penyakit yang cukup sering disebutkan oleh dokter pada pasiennya, namun sulit dibayangkan seperti apa penyakit itu oleh orang awam. Radang paru-paru adalah penyakit yang bisa fatal akibatnya, contohnya adalah flu burung yang merupakan salah satu bentuk radang paru-paru & sudah mengakibatkan banyak korban meninggal. Radang paru-paru sebetulnya adalah semua jenis infeksi yang menyerang paru-paru (gelembung paru & jaringan di sekitarnya), yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam kuman. Penyakit ini bisa didahului oleh infeksi hidung & tenggorokan lalu menyerang ke paru-paru beberapa hari setelahnya. Tempat tertularnya infeksi menjadi hal yang penting untuk dokter dalam menentukan diagnosis & pengobatan terhadap pasien radang paru-paru, apakah yang didapat dari lingkungan (CAP) atau yang didapat dari rumah sakit (HAP). HAP adalah salah satu ‘pembunuh utama’ pasien-pasien yang dirawat inap di rumah sakit. Penyakit ini juga menjadi ‘ancaman utama’ bagi penderita penyakit-penyakit menahun, usia tua/terlalu muda (bayi), terus-menerus di tempat tidur, tidak sadarkan diri dalam waktu lama, lumpuh, atau terganggu sistem pertahanan tubuhnya. Hal-hal yang mempermudah terjadinya penyakit ini adalah jika orang tersebut perokok, sering minum minuman beralkohol, punya penyakit kencing manis, gagal jantung, atau penyakit paru obstruktif kronik. Radang paru-paru mudah menular ke orang-orang di sekitar penderitanya lewat air liur & cairan yang keluar dari hidung penderita, termasuk ketika penderita batuk/bersin, atau menggunakan alat makan-minum & sapu tangan secara bersama-sama. Gejala dari penyakit ini bisa bermacam-macam, tergantung dari usia & jenis peradangan yang terjadi. Gejala-gejala umum yang sering ditemui adalah demam, menggigil, batuk berdahak, nafas cepat, nafas dengan suara mengi/mengorok, sesak nafas yang disertai gerakan dada yang tidak normal, muntah, nyeri dada, nyeri perut, nafsu makan menurun, sampai bibir & ujung jari kebiruan. Radang paru-paru harus ditangani oleh dokter meskipun tidak harus dirawat inap di rumah sakit. Segera bawa ke rumah sakit jika penderita mengalami nafas cepat/sesak nafas, demam yang sangat tinggi (di atas 39 derajat Celcius), atau bibir/ujung kukunya menjadi pucat kebiruan. Pada pemeriksaan dokter, pasien radang paru-paru mengalami beberapa gejala khas, terutama pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop untuk mendengarkan suara nafas yang pada pasien radang paru-paru menjadi tidak normal. Jika diperlukan, akan diminta pemeriksaan foto Rontgen dada & laboratorium untuk konfirmasi diagnosis radang paru-paru. Secara umum, pada pasien radang paru-paru diminta untuk istirahat & diberikan pengobatan sementara sesuai gejalanya. Misalnya, pada yang sesak nafas, diberikan bantuan tambahan oksigen. Pada pasien gagal nafas, diberikan bantuan nafas dengan alat bantu nafas (ventilator). Pasien juga diberikan obat yang dapat mengencerkan dahak & dilatih untuk bernafas dengan dalam. Pada pasien yang demam, diberikan obat penurun panas. Untuk pengobatan khusus, pengobatan disesuaikan dengan perkiraan kuman yang menyebabkannya. Jika yang menyebabkannya adalah bakteri, maka dokter memberikan antibiotik yang sesuai. Pasien dianjurkan untuk minum dalam jumlah yang cukup, juga makan makanan yang bergizi dalam porsi kecil tapi sering untuk menghindari pasien muntah. Beberapa kuman penyebab radang paru-paru dapat dicegah dengan vaksinasi. Contohnya adalah vaksinasi pneumokokus, hemofilus influenza tipe B, pertusis, virus influenza, & cacar air jika tersedia untuk orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit-penyakit tersebut.
· Bronkitis Kronis (Peradangan Saluran Nafas Bawah Menahun) aku..
Kata ‘bronkitis’ sangat sering diucapkan oleh mereka yang mengalami penyakit paru, bahkan digunakan dengan salah, karena kata ‘bronkitis’ menjadi ‘kata halus’ untuk penyakit infeksi tuberkulosis (TBC) paru, padahal keduanya adalah penyakit yang berbeda.
Sebenarnya, bronkitis terdiri dari 2 macam, yaitu yang akut (segera) & kronis (menahun). Kali ini yang dibahas adalah mengenai bronkitis kronis.
Bronkitis kronis adalah penyakit peradangan dari saluran nafas (bronkus) di paru-paru yang menahun. Ketika saluran nafas mengalami peradangan, terbentuk dahak tebal di dindingnya, sehingga terjadilah batuk berdahak & sesak nafas menahun, kadang disertai nyeri dada.
Bronkitis kronis paling sering disebabkan oleh merokok, selain itu dapat juga disebabkan oleh pencemaran udara dalam waktu lama, misalnya cemaran kimia & debu di udara. Asap rokok atau pencemaran udara menyebabkan peradangan pada saluran nafas yang dalam waktu lama akan menyebabkan bronkitis kronis.
Kerusakan paru yang disebabkan oleh bronkitis kronis dapat terlihat pada pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru, foto rontgen dada, & tes darah, yang biasanya diminta oleh dokter.
Pengobatan bronkitis kronis sebaiknya dengan petunjuk dokter. Sehingga, jika mengalami gejala batuk berdahak & sesak nafas dalam waktu lama, segera berkonsultasi dengan dokter langganannya. Ketika gejala-gejala tersebut muncul, dokter biasanya akan meresepkan obat-obat yang bersifat melebarkan saluran nafas sehingga sesak nafas dapat berkurang, biasanya dapat disertai obat pengencer dahak. Kadang, diperlukan pemberian oksigen untuk sesak nafas yang berat.
Obat antibiotik biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan bronkitis kronis, terkecuali jika ditemukan infeksi saluran nafas yang menyertai, yang biasanya ditandai dengan demam & banyak dahak yang berwarna kuning atau hijau.
Cara untuk menghindari terkena bronkitis kronis atau kambuhnya penyakit tersebut adalah menghindari faktor pencetusnya. Jika bronkitis kronis disebabkan oleh merokok, berhentilah merokok. Jika disebabkan oleh pencemaran udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas, hindari zat pencemar udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas tersebut.
Selain itu, berolahraga secara rutin dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan sehingga penderita bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik.
· Peradangan Saluran Cerna Atas (’Sakit Maag’) novita
Salah satu penyebab utama nyeri perut adalah peradangan di saluran cerna atas, yang sering disebut ’sakit maag’. Peradangan yang terjadi di saluran cerna berbentuk seperti borok di dinding saluran cerna.
Penyebab peradangan saluran cerna yang paling sering adalah infeksi kuman. Juga, produksi asam lambung yang meningkat dapat menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna. Selain itu, rusaknya dinding saluran cerna juga bisa diakibatkan oleh pemakaian obat-obatan yang dapat merusak dinding saluran cerna dalam waktu lama, seperti obat anti radang non-steroid (NSAID) yang sering diresepkan dokter untuk ‘nyeri sendi’. Perasaan tertekan (stress), baik secara fisik maupun emosi sebetulnya tidak menyebabkan kerusakan dinding saluran cerna, tetapi dapat memperberat peradangan yang sebelumnya telah ada.
Gejala dari peradangan saluran cerna dapat berupa nyeri akan bertambah setelah makan, nyeri yang berkurang setelah makan namun bertambah hebat dalam 1-2 jam berikutnya, nyeri perut ketika tidur sehingga terbangun, merasa cepat kenyang, rasa terbakar/panas di daerah perut, atau mual, kadang disertai muntah.
Baiknya, segera konsultasi ke dokter langganan/keluarganya jika mengalami gejala-gejala di atas. Dokter akan memberikan obat, jika dengan obat tersebut keadaan membaik, dokter akan menganggap gejala yang muncul sebagai peradangan di saluran cerna. Jika tidak membaik atau terus kambuh, dokter akan meminta berbagai pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti laboratorium atau radiologi.
Jika peradangan tersebut diakibatkan oleh infeksi Helicobacter pylori, maka dokter akan memberikan antibiotik untuk membunuh kuman tersebut, ditambah obat yang dapat mengurangi produksi asam lambung atau melindungi dinding pencernaan yang meradang, jenisnya bermacam-macam.
Sedangkan pada peradangan yang diakibatkan oleh obat, maka penghentian penggunaan obat tersebut harus dilakukan, lalu diberikan obat yang dapat melindungi dinding saluran cerna yang meradang & mengurangi produksi asam lambung. Obat yang sama juga diberikan pada peradangan yang diakibatkan oleh produksi asam lambung yang berlebih.
Pada standar pengobatan terkini, sudah tidak digunakan lagi obat-obatan yang menetralkan asam lambung seperti Antasida karena pengobatan tersebut hanya mengurangi gejala, bukan mengobati penyebab peradangan di saluran cerna. Namun, obat-obatan tersebut dapat dibeli secara bebas, sehingga dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri ketika gejala peradangan saluran cerna muncul tiba-tiba. Obat golongan Antasida sebaiknya tidak digunakan dalam waktu lama, juga digabungkan dengan obat-obatan lain karena dapat menimbulkan reaksi yang merugikan tubuh.
Pola hidup & makan dapat mempengaruhi peradangan di saluran cerna. Minum minuman beralkohol & merokok dapat merusak dinding saluran cerna. Konsumsi kopi, teh, coklat, & beberapa bumbu masak dapat memicu rasa nyeri akibat peradangan yang telah ada. Coba makan dalam porsi/jumlah yang kecil, namun sering & bervariasi, jika penyakit ini sering kambuh. Gunakan obat demam/pengurang nyeri yang dapat merusak dinding saluran cerna dalam pengawasan dokter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar